Rabu, 18 Juli 2012

Kebahagian Melebihi Harta

   Dinginnya malam membuat aku terbangun.Ku lihat baru jam 03.00 pagi,namun mata ini tak juga mau tertidur lagi.Kuambil air wudhu berserah pada yang di atas.Entah kenapa peristiwa td siang selalu terbayang.Mungkin ini hanya ketakutan ku sebagai seorang wanita.
 
Tadi siang aku bertemu dengan seorang wanita yang menurutku sangatlah aneh.Walau kami tidak saling mengenal tetap wanita itu mengajak ku berbicara dan terus saja kata-kata keluar dari mulutnya.Aku hanya bisa mendengarkan kata-katanya.Sebagai permulaan dia hanya membecirakan harta yang ia mililki.Menurutku tidaklah aneh karena memang jaman sekarang orang-oarang akan merasa bangga dengan harta yang ia miliki.Padahal semua itu hanyalah titipan dari Yang Maha Kuasa.Bisakah kita menjalaninya,menjaga titipannya dan menggunkannya di jalan yang benar?Semuanya tergantung pribadi kita masing-masing.
   Perkataan yang paling aneh yang mengganngu pikiran ku adalah dia sudah menikah 8 kali dan semuanya ia lakukan hanya demi harta.Ya Allah ampunilah dia,semuanya menjadi gelap mata karena harta.Pernikahan yang begitu suci semuanya menjadi senjata baginnya.Setiap kali dia menikah dengan lelaki tua yang hanya menunggu warisannya.yang ia pandang hanya kekayaan sang lelaki,bahkan ia pernah menikah hanya satu bulan sampai suaminya meniggal.
   Harta dan harta yang menjadi tolak ukur masyarakat jaman sekarang.Orang yang kaya selalu di harga semua orang tetapi orang yang miskin selalu di pandang sebelah mata.Padahal di hadapan Allah semua manusia sama,yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.Orang kaya di uji dengan hartanya sedangkan orang miskin di uji dengan kesengsaraannya.Masihkah bisa beriman dan bertakwa dengan semua itu?
   Teringat dengan keluarga kecilku.Pernikahan kami belum genap 3tahun,keadaan ekonomi kami belum stabil.kami masih mencari-cari sumber penghasilan yang halal dan mencukupi untuk keluarga.Rumah belum punya masih tinggal di rumah orang tua.Kendaraan apalagi belum tahu kapan bisa memilikanya,namun aku tetap bersyukur dengan keadaan ini.Bagiku harta memang harus punya tapi bukanlah segalanya.Kebahagian bagi ku sangatlah penting.Memiliki kehidupan yang tenang dan tentram adalah impianku.Walau terkadang aku merasa pusing dengan apa yang harus aku lakukan untuk merubah kehidupan kami,tetapi setiap melihat senyuman di bibir putri kecilku pusing itu sirna sudah,berganti dengan kebahagian dan semangat hidup.
Pernikahan bagiku bukanlah sesuatu yang bisa di jadikan mainan.Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup.Mempertahankan pernikahan merupakan suatu kewajiban.Sangatlah salah kalo pernikahan itu di dasari demi harta.Demi putri kecil kami,semua usaha dan ikhtiar kami lakukan,semuanya yang kita lakukan ku pasrahkan pada-Nya.Mudah-mudahan semua yang kami lakukan menjadi ibadah dan kami di berikan yang terbaik oleh-Nya.Semangat menjalani hiduplah yang kami punya.

happiness over wealth

The cold night made me wake up. My new look at 3:00 in the morning, but the eyes are not too willing to fall asleep again. I took my ablution water is surrendered to the above. Somehow during the event td always imagined. Maybe it's just scared me as a woman.

   This afternoon I met a woman who I think is very strange. Although we still do not know each other she took me to talk and kept the words out of his mouth. I can only listen to his words. For starters, he's just that he mililki membecirakan property. I think it is not strange because nowadays people feel proud of the JV will treasure he has. Though it was only deposit of the Almighty. Could we live it, keep titipannya and menggunkannya on the right path? It all depends on each of us personally.

The most bizarre words that interfere with my thought was that he was married 8 times and all he did was for his money. God forgive him, everything went black eye for wealth. Marriage is so sacred it becomes a weapon for him. Each time she was married to old men who are just waiting for his inheritance. that he saw only the wealth of the man, even he had been married only a month until her husband die.

    Property and assets be measured by contemporary community. Rich people are always in the prices of all the poor people but always in the view of one eye. Whereas in the presence of God all men equal, the difference is the level of one's faith and piety. The rich in the test with their wealth while the poor in the test with misery. Can still be faithful and cautious with all that?

Remembered with my little family. Our marriage was not yet 3tahun, the state of our economy has not stabilized. We are still looking for a halal source of income and sufficient for the family. Houses do not have still living at home parents. Vehicle let alone not know when it might have, but I remain grateful to these circumstances. Must have a treasure for me but not everything. Happiness for me is very important. Have a quiet and peaceful life is my dream. Although sometimes I feel dizzy with what must I do to change our lives, but whenever I see a smile on the lips of my little girl had a headache was gone, replaced with happiness and enthusiasm for life.

Marriage to me is not something that can be made in toys. I just wanted to get married once in a lifetime. Maintaining a marriage is an obligation. It is wrong if the marriage was in the underlying assets for the sake of our little princess, all the effort and endeavor we do, everything we do I leave it to Him. Hopefully all we do to worship and give our best by him. The spirit of life that we have undergone.













6 komentar:

  1. Harta memang bukan segalanya. Yang penting punya secukupnya untuk kehidupan. Terlalu banyak harta malah bisa membuat kita jadi 'penjaga'. Alih-alih menikmati, kita malah tersiksa ketakutan akan kehilangan harta. Salam kenal, Mbak Fitri.

    BalasHapus
  2. benar sekali mbk..banyak cara menikmati hidup,tidak harus dengan harta.makasih y mbk..lam kenal jd

    BalasHapus
  3. Bahagia itu ada di hati, tak perlu mencari kemana-mana.

    BalasHapus
  4. iyalah mbak...yang namanya harta bisa cepat habis

    namun kebahagiaan yang hakiki tidak bisa dibeli dengan harta

    banyak orang yang kaya namun hidupnya tidak tenang & bahagia

    kata suamiku...merintis dari nol itu lebih terasa nikmat apalagi untuk kehidupan keluarga kecil kita...memang perjalanan merintis dari nol itu sangatlah berliku-liku laksana ular namun semangat, harapan & doa janganlah terlupakan

    makanya, aku juga terus berusaha & belajar membangun bisnis kecilku...
    semua kulakukan demi keluarga kecilku ^_^

    BalasHapus
  5. mbk rini@ iya mbk aku jg bener2 dari nol...segala usaha aku lakukan demi keluarga kecilku.mudah2an keluarga kecil kita bisa bahagia selamanya y mbk...

    BalasHapus